Penjualan KOKA Anjlok Jelang Rencana Akuisisi Ningbo Lixing

Kamis, 02 Oktober 2025 | 12:24:32 WIB
Penjualan KOKA Anjlok Jelang Rencana Akuisisi Ningbo Lixing

JAKARTA - PT Koka Indonesia Tbk. (KOKA) menghadapi tantangan besar pada paruh pertama 2025. Laporan keuangan semester I/2025 yang dipublikasikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan penurunan penjualan drastis hingga 77,74% year-on-year (YoY) menjadi Rp9,57 miliar, dibandingkan Rp43 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Penurunan ini terjadi di tengah rencana akuisisi mayoritas saham KOKA oleh perusahaan asal China, Ningbo Lixing Enterprise Management Co. Ltd. (NLEM), yang berpotensi mengubah struktur pengendalian perusahaan. 

Kondisi tersebut menempatkan KOKA dalam sorotan investor dan analis, mengingat dampak penurunan penjualan yang signifikan terhadap profitabilitas perseroan.

Penurunan Penjualan dan Laba Bersih

Penjualan KOKA pada semester I/2025 sepenuhnya berasal dari jasa konstruksi, dengan dua klien utama menyumbang pendapatan terbesar: PT Delonix Charlie Investment sebesar Rp6,76 miliar dan PT Karunia Permai Sentosa Rp2,22 miliar.

Di sisi lain, KOKA mencatatkan beban pokok penjualan Rp19,26 miliar, beban administrasi dan umum Rp6,93 miliar, beban keuangan Rp113,71 juta, serta beban lain-lain Rp704,34 juta. 

Alhasil, perusahaan harus menanggung rugi bersih Rp17,69 miliar, berbalik dari laba bersih Rp2,36 miliar pada semester I/2024.

Hingga 30 Juni 2025, total ekuitas KOKA tercatat Rp162,2 miliar, dengan total liabilitas Rp32,03 miliar dan total aset Rp194,24 miliar, turun dari Rp217,95 miliar pada akhir 2024.

Rencana Akuisisi Ningbo Lixing

Rencana akuisisi oleh perusahaan China menjadi sorotan utama pasar. Pada 16 September 2025, Direktur Utama KOKA, Gao Jing, menyampaikan bahwa Ningbo Lixing berencana mengakuisisi 63,5% saham perseroan. Jika terwujud, NLEM akan menjadi pemegang saham pengendali baru KOKA.

Langkah ini sempat menimbulkan polemik karena dianggap melanggar komitmen lock up saham yang tercantum dalam prospektus IPO KOKA. 

BEI menilai kepemilikan mayoritas saham oleh pihak baru berpotensi menggantikan pengendali lama sebelum lima tahun sejak IPO, sehingga perdagangan saham KOKA disuspensi mulai 18 September 2025.

Klarifikasi dan Kejelasan Hukum

Terkait hal ini, Sekretaris Perusahaan KOKA, Muhammad Fikri Adzkiya, menegaskan bahwa rencana akuisisi masih dalam tahap pembahasan dan belum memiliki dasar hukum yang mengikat (non-legal binding).

Fikri menjelaskan, jumlah saham yang akan diakuisisi NLEM sebesar 63,5% belum final, dan kehadiran NLEM tidak otomatis menggantikan pengendali lama. 

Kedua pihak, NLEM dan pengendali lama Gao Jing, akan bekerja bersama sebagai pemilik manfaat dan pengendali jika akuisisi disetujui otoritas terkait.

“NLEM juga telah menyatakan kesediaannya untuk melakukan lock up bersama-sama dengan pengendali utama perseroan saat ini yakni Gao Jing,” ujar Fikri.

Setelah klarifikasi ini, BEI mencabut suspensi perdagangan saham KOKA pada 26 September 2025, sehingga investor dapat kembali memperdagangkan saham perseroan.

Implikasi Penurunan Kinerja

Penurunan penjualan KOKA hingga hampir 78% membawa sejumlah implikasi strategis:

Tekanan keuangan – Rugi bersih yang meningkat dapat menurunkan kepercayaan investor dan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam pembiayaan proyek.

Tantangan sebelum akuisisi – Calon pengakuisisi NLEM akan menilai valuasi KOKA berdasarkan kinerja operasional terbaru. Penurunan signifikan dalam pendapatan menjadi faktor risiko yang perlu diperhitungkan.

Fokus pada jasa konstruksi – KOKA perlu mempertimbangkan diversifikasi layanan atau strategi bisnis tambahan agar kinerja penjualan lebih stabil di masa depan.

Selain itu, kondisi ini menyoroti perlunya manajemen risiko yang lebih baik menjelang transaksi besar seperti akuisisi, terutama dalam menjaga kepatuhan terhadap peraturan pasar modal dan menjaga kepercayaan pemegang saham.

Relevansi Lock Up Saham

Kasus KOKA menegaskan pentingnya komitmen lock up saham dalam IPO. Lock up dimaksudkan agar pengendali utama mempertahankan sahamnya untuk jangka waktu tertentu, memberi sinyal stabilitas kepada investor dan mencegah fluktuasi kepemilikan yang mendadak.

Pelanggaran atau potensi pelanggaran lock up, meski belum final secara hukum, dapat memicu suspensi perdagangan dan menimbulkan kekhawatiran pasar, seperti yang terlihat pada kasus KOKA.

Kesimpulan

Semester I/2025 menjadi periode penuh tantangan bagi KOKA. Penjualan yang anjlok 77,74% dan rugi bersih Rp17,69 miliar terjadi di tengah rencana akuisisi mayoritas saham oleh Ningbo Lixing. 

Meskipun proses akuisisi masih tahap pembahasan dan belum final, situasi ini menekankan pentingnya pengelolaan kinerja, kepatuhan regulasi, dan komunikasi yang transparan kepada BEI dan investor.

Jika rencana akuisisi disetujui, NLEM akan bergabung bersama pengendali lama, Gao Jing, sebagai pemilik manfaat dan pengendali. Ke depan, KOKA diharapkan mampu menstabilkan kinerja penjualan dan memanfaatkan sinergi dari calon pengakuisisi untuk kembali mencatatkan pertumbuhan positif.

Terkini

TNI Perkenalkan Seragam PDL Baru Jelang HUT Ke-80

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:06:04 WIB

Kepala BGN Jelaskan Kebijakan Ultra-processed Food MBG

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:06:03 WIB

DPR Sebut Kasus Keracunan MBG Wajar, Perbaikan Diperlukan

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:06:02 WIB

DPR dan Pemerintah Bahas Revisi UU LLAJ Bersama Sopir

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:06:01 WIB

TNI AD Longgarkan Syarat Rekrutmen Demi Tambah Pasukan

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:06:00 WIB