Kemenperin Telusuri Dugaan Cengkeh RI Terkontaminasi Radioaktif

Rabu, 01 Oktober 2025 | 15:57:20 WIB
Kemenperin Telusuri Dugaan Cengkeh RI Terkontaminasi Radioaktif

JAKARTA - Isu keamanan pangan internasional kembali menyeret nama Indonesia. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat melaporkan adanya temuan kontaminasi zat radioaktif Cesium-137 pada salah satu sampel cengkeh asal Indonesia. 

Menyikapi kabar tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastikan akan melakukan penelusuran mendalam untuk mengetahui asal-usul produk tersebut.

“Belum, kami belum dengar dan mohon kami diinformasikan, nanti kami telusuri,” ujar Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, Selasa (30/9/2025).

Penelusuran Sumber Kontaminasi

Febri menegaskan, investigasi diperlukan untuk mengetahui secara detail sumber cengkeh yang dikirim ke AS. Hal ini mencakup lokasi produksi, wadah penyimpanan, hingga rantai distribusi yang memungkinkan adanya zat radioaktif pada komoditas tersebut.

“Tergantung itu produk cengkeh, ya nanti kan perlu ditelusuri. Akan kelihatan seperti apa, di mana kejadiannya, dalam wadah seperti apa, dan siapa yang buat ada barang radioaktif itu di situ. Kita belum tahu,” tambahnya.

Penelusuran ini menjadi langkah awal sebelum pemerintah menentukan tindakan lanjut, termasuk koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait yang mengurusi perdagangan ekspor, kesehatan, serta ketahanan pangan.

Laporan FDA dan Dampaknya

FDA dalam laman resminya menyebut bahwa hasil penyaringan rutin mereka mendeteksi keberadaan Cesium-137 pada sampel cengkeh yang dikirim oleh PT NJS dari Indonesia. 

Temuan itu membuat produk PT NJS masuk dalam daftar peringatan impor (import alert) karena dianggap melanggar standar keamanan pangan.

“Sebagai hasil dari upaya penyaringan yang terus dilakukan FDA, lembaga tersebut mendeteksi keberadaan Cs-137 dalam satu sampel cengkeh dari PT NJS,” sebut pernyataan FDA.

Akibatnya, produk cengkeh dari perusahaan tersebut tidak diizinkan masuk ke pasar Amerika Serikat hingga mereka memberikan penjelasan dan bukti penyelesaian masalah yang menyebabkan pelanggaran itu.

Bukan Kasus Pertama

Kontaminasi produk ekspor Indonesia dengan bahan radioaktif bukan kali pertama terjadi. Beberapa bulan sebelumnya, FDA juga meminta masyarakat AS untuk tidak mengonsumsi salah satu merek udang beku asal Indonesia yang dijual di jaringan supermarket besar Walmart.

Udang dari PT BMS itu ditarik setelah FDA menemukan kandungan Cesium-137 pada salah satu pengiriman. Meski produk yang terdeteksi tidak sempat masuk ke pasar AS, FDA tetap menginstruksikan Walmart menarik tiga lot udang mentah beku dari peredaran.

Dalam pernyataan resminya pada 20 Agustus 2025, FDA menjelaskan bahwa isotop Cesium-137 dapat meningkatkan risiko kanker bila paparan terjadi berulang meski pada dosis rendah, meskipun kadar yang ditemukan belum cukup tinggi untuk menimbulkan risiko akut.

Risiko dan Perhatian Internasional

Kontaminasi bahan pangan dengan isotop radioaktif menjadi perhatian serius karena menyangkut kesehatan publik dan citra perdagangan suatu negara. 

Meski jumlah yang terdeteksi relatif kecil, keberadaan Cesium-137 menimbulkan kekhawatiran, terutama dalam perdagangan global yang semakin ketat terhadap isu keamanan pangan.

Bagi Indonesia, kabar ini dapat berdampak pada kepercayaan pasar internasional terhadap produk rempah yang selama ini menjadi salah satu andalan ekspor. Cengkeh, misalnya, tidak hanya digunakan untuk industri makanan dan minuman, tetapi juga farmasi hingga rokok kretek.

Peran Kemenperin dan Lintas Sektor

Kemenperin menegaskan bahwa langkah investigasi tidak bisa dilakukan sepihak. Perlu ada koordinasi dengan kementerian lain seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).

Kolaborasi lintas sektor akan memastikan penelusuran berjalan menyeluruh, mulai dari hulu produksi hingga hilir distribusi ekspor. Selain itu, hasil investigasi juga akan menjadi dasar diplomasi perdagangan dengan pihak AS untuk menjaga hubungan dagang tetap stabil.

Menjaga Reputasi Produk Ekspor

Indonesia sebagai salah satu produsen rempah terbesar dunia dituntut menjaga reputasi produknya di pasar internasional. Kasus seperti ini dapat menjadi momentum memperkuat standar mutu, sistem traceability, dan pengawasan kualitas ekspor.

Jika investigasi menemukan adanya pelanggaran atau kelalaian, perbaikan sistem menjadi wajib dilakukan agar kasus serupa tidak terulang.

 Sebaliknya, jika kontaminasi terjadi di luar kendali produsen (misalnya pada rantai distribusi global), pemerintah dapat memperjuangkan klarifikasi agar reputasi produk Indonesia tidak tercoreng.

Penutup

Temuan FDA atas cengkeh asal Indonesia yang mengandung radioaktif Cesium-137 menjadi alarm penting bagi seluruh pemangku kepentingan. Kemenperin menegaskan akan melakukan penelusuran menyeluruh untuk mengetahui asal-usul dan penyebab kontaminasi.

Sebagaimana disampaikan Febri Hendri Antoni Arief, investigasi harus memastikan apakah masalah terjadi di tahap produksi, penyimpanan, atau distribusi. 

Kejelasan ini penting bukan hanya untuk kepentingan pasar ekspor, tetapi juga untuk menjaga kepercayaan konsumen global terhadap produk Indonesia.

Dengan langkah cepat dan koordinasi lintas sektor, pemerintah berharap reputasi rempah Indonesia tetap terjaga. Di tengah ketatnya standar keamanan pangan dunia, kasus ini menjadi pengingat bahwa kualitas dan keamanan produk ekspor harus terus menjadi prioritas utama.

Terkini

TNI Perkenalkan Seragam PDL Baru Jelang HUT Ke-80

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:06:04 WIB

Kepala BGN Jelaskan Kebijakan Ultra-processed Food MBG

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:06:03 WIB

DPR Sebut Kasus Keracunan MBG Wajar, Perbaikan Diperlukan

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:06:02 WIB

DPR dan Pemerintah Bahas Revisi UU LLAJ Bersama Sopir

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:06:01 WIB

TNI AD Longgarkan Syarat Rekrutmen Demi Tambah Pasukan

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:06:00 WIB